KISAH KASIH @615 GATHERING



icv @ 615 gathering kampung jawi Wonosalam Jombang

Jarum jam mengarah angka 3.15 sore saat mobil phanter biru di daerah Mojoagung Mojokerto belok kiri menuju kecamatan Wonosalam. Setelah melewati jalan yang membelah areal persawahan , beriring sinar orange  matahari  yang menyusup disela  daun  pohon-pohon yang berbanjar, mobil panther warna biru yang aku kendarai bersama pak Novel Kasi Penagihan  terus melaju  mengikuti jalan desa, aspal jalan warna keabu-abuan terlihat panjang berkelok-kelok bagai ular merayab, kadang naik dengan tajam dan kadang turun dengan terjal, kadang melalui perkampungan penduduk , kadang melintasi pepohonan rindang, kadang juga membelah kebun-kebun tebu. Terlihat pula beberapa rumah penduduk dengan khas rumah pedesaan, ada yang cat putih ada juga yang  temboknya tanpa pelapis. Terlihat pula beberapa orang duduk dibale-bale pos kamling, juga sempat aku melirik gadis desa sedang menyapu halaman rumah. Jalan masih  naik turun berbelok kadang menurun terjal,  saat berpapasan dengan mobil pic up kamipun sedikit meminggirkan kendaraan agar tidak bersenggolan, kadang juga berpapasan dengan pengendara sepeda motor membawa hasil kebun.

Perjalanan  dari Surabaya berlanjut melewati terminal Mojoagung lalu belok kiri dan mengikuti jalan melaju ke Kecamatan Wonosalam Desa Carangwulung, berbelok kanan menanjak menuju dusun Gondang, melewati jalan sedikit menyempit berkelok kelok menanjak  yang diapit pepohonan. Lebih kurang 3,5 jam perjalanan terhapuskan dengan indahnya alam pedesaan di seputaran Kampung Jawi. Bangunan bernuansa kerajaan Mojopahit dengan pintu gapura seperti gapura candi Bajang Ratu di Trowulan Mojokerto. Udara segar menjelang senja  menghantar aku masuk pintu gerbang Kampung Jawi dalam ICV KPP Pratama Surabaya Rungkut yang dihelat tanggal 13-14 Mei 2016, dikemas  gathering dengan biaya swadaya dari pegawai untuk pegawai. Tema acara adalah “Kesempurnaan”  nilai-nilai Kementerian Keuangan.

Beberapa teman panitia menyambut  kawan–kawan yang juga mulai berdatangan, rombongan bus 1 telah terparkir disusul rombongan bus 2. Terlihat ibu Sofia kasi Waskon IV saat melewati  pintu gerbang mendapat kejutan letupan balon yang menyiramkan bedak, suasana yang penat mulai pecah dengan canda tawa, terlihat juga beberapa kawan  mulai berhati-hati dan tengok kanan  kiri untuk membuka pintu  gerbang yang kokoh dari kayu jati, mereka mewaspadai kejutan balon meletus, ada yang membuka dan langsung berlari , ada pula yang maju mundur menghindar.  Lebih dari 8 balon telah meletus dan semua peserta sudah berada di bale-bale ruang loby utama, canda tawa, berfoto dan tak lupa mereka juga mengisi daftar registrasi.

Senja mulai merayap pelan, sebagian sudah berada di  kamar masing-masing, namun aku masih di ruang pawon  (dapur) tempat ruang makan peserta. Sambil menikmati  teh hangat aku bersenda gurau dengan beberapa kawan ,  kami saling melempar cerita perjalanan masing-masing , ada kisah bus rombongan terpaksa mencari jalan alternatif karena  adanya jalan yang longsor, kulihat   Pak Adi Kasi Waskon III  tak lepas  dengan handy talkynya menyapa dan memonitor kesigapan panita, wajah tegangnya sedikit reda setelah memastikan semua peserta telah sampai dikampung jawi, kecuali kawan-kawan seksi pelayanan dan beberapa kawan yang masih berangkat setelah pukul 5 sore. 

Sekitar 25 menit setelah berkumandangnya azhan isyak , para pegawai KPP Pratama Surabaya Rungkut sebagai peserta gathering  telah  memadati ruang pawon untuk  menyantap makan malam, canda tawa  mulai menyemarakkan malam, sesekali ada yang berfoto-foto dan ada pula yang  tenggelam dengan dunia medsosnya. Bahkan ada yang mulai  berselfie  untuk  lomba  selfie  yang digagas oleh panitia. Langit mulai gelap, bintang mulai terlihat mengitari bulan,  beberapa kawan masih menyelesaikan santap malamnya, saat terdengar suara mas Angga Riyahya biasa dipanggil Angga pitnes berduet dengan mbak Ade menyenandungkan lagu Siapkah Kau Tak Jatuh Cinta  Lagi dari HiVi  

Meski bibir ini tak berkata, bukan berarti ku tak merasa ada yang berbeda di antara kita,
dan tak mungkin ku melewatkanmu hanya karena, diriku tak mampu untuk bicara bahwa aku ingin kau ada di hidupku.

Tempat duduk berbanjar bertrap membentang melinggkar dengan panggung model bale-bale desa mulai dipenuhi  peserta dengan dresscode  busana desa , ada mas Adang bergaya santri dengan baju koko lengan panjang putih berselempang sorban bergaris hitam-merah dan  berkopiah putih, duduk santai berdampingan dengan mas Mihwar biasa dipanggil Mimi berkaos lurik merah putih berselempang sarung dengan kopiah hitam terpasang miring bangga berbusana daerah asalnya Madura, disudut lain tampak mbak Evi yang dikenal dengan panggilan mbak Epoy dengan busana daster elegan dengan kerudung berwarna coklat serasi dengan warna dasternya bersenda gurau dengan mas Ali yang elegant dengan kaos polo putih berbalut sikepan lurik coklat berpadu blue jins. Ditempat lain terlihat mas Hadi dengan  pakean jawa lurik lengan panjang bercelana kolor hitam tak lupa memakai blangkon. Semua tempat duduk hampir penuh, mereka mulai bergerombol  membentuk kelompok-kelompok, canda tawa dan saling komentar hiruk pikuk mewarnai ruang ampi theater. 

Alunan musik masih terus mengalir dari  personel tax o band (rungkut tax office band) , band kebanggaan KPP Pratama Rungkut, terlihat Mas Rizal di bas guitar, mas  Anwar di melodi, dibelakang tampak mas Yusak dengan guitar klasik, disamping kanan ada mas Alden memegang cajoon , Mas yoyok bergantian dengan mas Arfa’i di keyboard mengiringi mas Angga pitnes dan mbak Ade menyanyi. 

Setelah Bpk Suppirman  kepala kantor KPP Pratama Surabaya Rungkut memberi sambutan dan dilanjut menyalakan api unggun, serentak malam itu mulai menghangat dengan  ice breaking yang dilakukan pihak kampung jawi,  membawa tawa canda pegawai makin menyeruak.  Di atas ampi theater nampak bintang  terus menebar pesona menggoda  bulan yang  terlihat malu-malu dibalik  selimut awan,  jarum jam mulai menunjuk angka 8 saat mbak Imas dan mas Hadi sebagai MC mencadai  mas Yoyok sang  penggagas dan dedengkot tax o band   yang harus berpisah karena pindah tugas  ke KPP Pratama Surabaya Wonocolo. Tawa kawan-kawan  makin lepas saat mas Yoyok bernyanyi “sakitnya tuh disini”. 

Waktu terus berjalan, sorak sorai  celotehan dan yel-yel  bergema memanaskan persaingan untuk performance. Dewan juri dadakan sudah siap dengan penilaiannya, ada Bpk. Suppirman , Bpk Cholis dan Bpk. Agus selaku juri perwakilan Kampung Jawi. Sorak sorai makin ramai saat MC meminta tampilan kelompok I yang merupakan  perpaduan  seksi Waskon I, Waskon IV, Pemeriksaan dan Kelompok I Pemeriksa. Tak lama kemudian mengalirlah cerita AADC 2 dengan dalang  mas Alex  mengantar mas Eko sebagai Rangga dan mbak  Ani sebagai Cinta saling berakting, bukannya membuat penonton terharu  tetapi tertawa terpingkal dengan celometan-celometan menggoda membawa suasana semarak. Alur cerita terus mengalir dengan adegan slow motion pertengkaran teman-teman Rangga dengan teman-teman Cinta. Penonton makin bersorak saat pertengkaran menjadi  persaudaran dan ngedance  bersama dengan iringan lagu beat it disambung thriller  Michael Jakson. Bu Sofia yang saat letihan selalu malu-malu tanpa disangka saat tampil begitu percaya diri. Akhir cerita ditutuplah oleh dalang yang selalu bersalto dan menyampaikan pesan “meraih kesempurnaan bukan dengan semangat saling mengalahkan, tetapi meraih kesempurnaan dengan semangat kebersamaan”, tak lama kemudian  tepuk tangan penontonpun bersahut-sahutan.


Hawa dingin mulai menyeruak  namun tersisihkan dengan keceriaan suasana ampi theater , canda tawa makin bertambah saat tampilan rekan-rekan kelompok II dari seksi Waskon II, SubakUmum KI, PDI dan Ekstensifikasi. Mbak Imas dan Mas Hadi yang perperan sebagai host dengan kocaknya menggiring mas Brian menceritakan kisahnya saat awal bekerja, begitu juga pak Bek dengan lugunya menceritakan kisah cintanya saat awal bekerja membuat yang mendengar terpingkal-pingkal.  Disusul tampilnya Pak Tomi Kasuki  berjas, berdasi  dan berkacamata hitam persis peran film Man in Black berdampingan dengan bu Astuty Kasi PDI berbusana pesta warna kuning keemasan berkerudung dan berbalut pasmina merah terlihat anggun,  canda , tawa dan celotehan-celotehan menggoda dari penonton tak henti mengalir. Alur ceritapun ditutup oleh mbak Imas dan mas Hadi selaku host dengan pesan  “introspeksi masa lalu untuk meraih kesempurnaan  masa depan”, saat para pemain berbanjar memberi salam penonton pun tak berhenti memberi applause .

Tiba waktunya menikmati sajian kambing guling dan angsle hangat, sambil menunggu kedatangan kawan-kawan seksi pelayanan , tiba-tiba mas Ali selaku panitia mengusik  telingaku, “Maaf pak bisa pinjam mobil, teman-teman yang berangkat malam ada yang mogok mobilnya”. Dan sigap panita segera meluncur dengan 2 mobil membelah gelapnya jalan, menurun  berkelok  melewati pohon-pohon rindang. Jarum jam semakin merangkak pelan menunjuk angka 9.30 saat teman-teman seksi pelayanan mulai berdatangan. Namun sekali lagi mas Ali berbicara pelan dengan Pak Adi “salah komunikasi pak, mas Ebi yang tadi ikut penjemputan malah tertinggal”. Aku, Pak Adi  langsung garuk-garuk kepala bagaimana melakukan penjemputan kembali. Tiba-tiba mas Ali menimpali “ Ebi sudah menuju ke Kampung Jawi pak, numpang motor penduduk yang lagi lewat”. Saat mas  Ebi datang wajahnya tersenyum walau peluh terlihat membasahinya, “Sempat jalan kaki tadi pak, untung ada motor gerobak lewat diperbolehkan numpang”.

Belum sempat kawan-kawan seksi pelayanan beristirahat sejenak, MC sudah memanggil kelompok III yang merupakan gabungan Seksi Pelayanan, Waskon II, Penagihan dan Kelompok II Pemeriksa untuk menampilkan performancenya. Dengan setingan cerita AADC 50 tahun kemudian,  nampak Pak Pramoyo Kasi Waskon II memerankan Rangga yang sedang mencari Cinta sempurna  datang di Kantor Pajak  ditemui  bu Hana Kasi Pelayanan sebagai Cinta. Dialok  meluncur membuat tawa penonton memecah kembali keheningan malam Kampung Jawi, hiruk pikuk sorak sorai tawa semakin menggelegar  saat bu Eli yang sudah berumur dengan centilnya memerankan Cinta sambil berjoget disco. Bintang bintang dilangit berkedip-kedip  tersenyum,  bulan pun tanpa malu lagi menampakkan sinarnya, waktu terus berlalu Rangga dengan jalan terseok-seok kelelahan terus mencari Cinta sempurna, dan tampilan kelompok III akhirnya ditutup oleh  sang Dalang dengan pesan  “Sulit mendapatkan kesempurnaan sejati namun kesempurnaan harus terus dicari tanpa lelah”.

Akhir acara, apresiasi diberikan oleh Bpk Suppirman kepada pak Bek dan bu Elly sebagai aktor aktris faforit  yang membikin kami semua terpingkal pingkal terhibur, kemudian berturut turut juga apresiasi diberikan kepada kelompok III dengan nilai rerata 10, kelompok II dan selanjutnya kelompok I yang masing-masing mendapat nilai rerata 9.  Rasa kebersamaan semakin terpupuk, senyum dan tawa masih menghiasi kemeriahan di ampi theater, suara merdu mas Angga pitnes  mengalun menyanyikan lagu Tentang Seseorang dari Anda, 

cinta hanyalah cinta, hidup dan mati untukmu, mungkin semua tanya kau yang jawab
dan tentang seseorang itu pula dirimu, ku bersumpah akan mencinta.

Malam semakin larut, alunan musik dipanggung sudah usai, sebagian melepas lelah menghantar kantuknya di ruang penginapan masing-masing,  namun sebagian  berada di ruang family , ada yang bermain kartu remi , ada pula yang berselonjoran di kursi sofa, dan ada pula yang bernyanyi memanfaatkan fasilitas audio karaoke yang ada. Saat jarum jam menunjuk angka 1 pagi udara dingin pelan perlahan semakin menyelimuti sunyinya Kampung Jawi, areal ampi theater sudah sepi dari petugas yang melakukan pembersihan, lampu-lampu temaran penerangan jalan dan taman sebagian sudah diredupkan. Begitupula ruang family  juga telah terlihat sepi, diluar  hanya sekali-kali terdengar suara hewan malam dan kepak  kalelawar bergelanjut di antara pepohonan. Bintang-bintang di langit masih setia menemani sang bulan, awan tipis perlahan  menuruni perbukitan menjadi embun membasahi dedaunan.

Jarum jam beranjak perlahan menuju pukul 4, kokok ayam  sayup terdengar dari perkampungan, kesunyian mulai terusik dengan  geliat pagi semakin mendekat, beberapa pegawai seperti pak cholis, pak krispintarto dan lainnya sudah terbangun dan membasuh muka untuk beranjak sholat subuh. Segarnya  udara pagi menghiasai kampung jawi,  langit mulai tampak  biru keunguan membiaskan fajar matahari dibalik gunung,  terlihat bayang  pepohonan dengan latar belakang kokohnya gunung tercermin di air kolam renang.

Mendekati pukul 7 pagi setelah sarapan bersama , hembusan angin menghantar pegawai KPP Pratama Surabaya Rungkut untuk mengikuti tracking wisata alam, mereka dengan kaos lengan panjang  warna abu-abu berpadu abu-abu tua dan  bordiran angka 615 di pojok kiri bawah, berbaris berjalan mengikuti jalur jalan setapak berkelok, menanjak, turun dan kadang harus melompat  juga  melintasi  sungai yang arusnya deras membahasi mata kaki. Mereka menyusursi   perkampungan, perkebunan karet, perkebunan kopi, terus melalui hutan pinus membuat alas kaki mereka dipenuhi lengketnya tanah liat yang basah, kadang nyali diuji dengan melewati jembatan yang dari sebatang pohon. 

Hijau dedaunan  sejauh mata memandang terlihat pesona  alam desa yang indah,  ditambah udara segar menghapus rasa lelah perjalanan tracking yang ditempuh hampir  45 menit lebih. Mereka tidak melepaskan moment moment indah dengan berfoto dan berselfie, ada juga yang sekali-kali berselonjor dijalan menghalau kaki yang penat membersihkan sepatu yang mulai basah  berlumpur. Tampak pula mas Weni  saat melewati kebun karet berlama-lama memperhatikan mangkok-mangkok penderasan getah karet layaknya ahli botani. Lebat pohon-pohon pinus  menjulang menyapa sinar mentari pagi, adanya pohon-pohon ketela dan pohon pisang dengan daun-daun yang lebar bertabur  kabut tipis, ditambah  senandung  gemericit suara burung  berlarian terbang berpindah di antara ranting-ranting pinus,  membawa sensasi alam yang sulit dilupakan.

Terik matahari  mulai membakar kulit, semua telah berkumpul diruang ampi theater , peluh masih membahasi badan, canda tawa dan kesan tracking saling diperbinjangkan. Saat  pemandu dari Kampung Jawi mengajak peserta ghatering  bermain game ,  keceriawan dan tawa mulai menggema , suara tawa makin keras terdengar ketika  permainan naga berebut tali di mulai, kelucuan-kelucuan membelah ampy theater saat  naga yang terdiri dari 5 orang dengan ekor bertali rafia, mereka  berjoget mengikut irama musik dan saling berebut tali lawan tanpa boleh saling terlepas. Udara makin terasa hangat waktu acara dilanjutkan dengan permainan paintball yang terbentuk dalam 10 tim untuk belajar kerjasama dan berstrategi mencapai kemenangan dengan merebut bendera lawan.

Langit makin cerah, awan putih mulai berarak menggumpal, sinar matahari makin memancar terang, tampak  terlihat garang masing-masing tim telah menggenakan seragam militer dengan helm full face sebagai pelindung kepala, tangannya menggenggam senapan gas, tak lama terdengar bunyi sirene melingking panjang tanda dimulai permainan, suara tembakan bersahutan, teriakan komando menyerang, bertahan, berlindung saling terdengar menghablurkan mana komando untuk lawan mana komando untuk kawan. Hiruk pikuk rentetan senapan menyeruak diantara pepohonan, ada yang merangka disemak belukar berlindung dari desingan peluru lawan, ada yang dibalik pohon terus menembak melindungi Timnya  yang lari maju kedepan, ada pula yang  berlindung di bilik-bilik perlindungan.

Suara tembak menembak bersahutan, kadang terdengar pula suara peluit panjang pertanda ada yang terkena tembakan.  Ibu Hana mendapat applause penonton dari pinggir arena karena berhasil menembak  tim lawan, mas  Brian menjadi korbannya dengan tembakan tepat di helm sebuah head shot nilai tertinggi dari permainan paintball. Dipinggir arena juga tampak beberapa kawan menunjukkan bekas tembakan yang memerahkan kulit. Permainan paintball terus berjalan bak pertempuran militer,  suara tembakan terus berganti dan tim pun bergantian saling menyerang , panas matahari di balik rimbunnya hutan dan semak semak belukar tak dihiraukan, terkalahkan dengan semangat bertempur untuk menang.  Akhirnya permainan usai, dan mbak Tika pegawai baru penempatan pertama kurang dari setahun mendapat apresiasi sebagai pemain bertahan terlama di arena peperangan paintball, bukan karena menyerang atau diserang tetapi saat waktu permainan usai, mbak Tika masih  terus berlindung di  basecamp, bahkan sampai semua Tim telah keluar arena mbak Tika masih  tetap diam berlindung. 

Hari mulai beranjak siang,  matahari sebagian mulai tertutup awan mendung keabu-abuan, sebagian  peserta mulai  bersantai , ada yang berkaraoke di ruang family, ada yang  berjalan-jalan menikmati suasana kampung jawi, namun sebagian besar menikmati keceriaan hiruk pikuk di kolam renang. Di kolam renang  tampak para lelaki memainkan lomba perang bantal di atas sebatang bambu yang melintang, sebagian tim bertelanjang dada dengan helm warna merah dan sebagian tim lainnya tetap berkaos  dengan helm berwarna kuning, masing-masing  tim menampilkan jagoannya untuk bertarung, tampak ada yang sekali tersabet bantal langsung terjatuh mencipratkan air membasahi penonton, ada pula yang semangat bertenaga memukulkan bantalnya namun dia yang terjatuh, ada pula dengan percaya diri memutar-mutarkan bantalnya terus dipukulkan namun malah terjatuh.

Hiruk tawa  saling bersahutan,  mas Farouk yang tinggi kurus berhasil bertahan mengalahkan 4 orang wakil dari tim kuning, namun terkalahkan dengan jagoan  tim merah dengan tampilnya mas Fikri yang berbadan besar berhasil menjatuhkan 5 lawannya. Basah kuyub tak terhiraukan,  gelak tawa dan canda akhirnya menutup permainan perang bantal saat jam menunjukkan pukul 11.30 siang. 

Tibalah waktu makan siang,  sekaligus pemberian hadiah buat apresiasi dengan dresscode terbaik saat acara malam. Mas Sidiq  biasa dipanggil Qidis  dari subaguki menjadi  terbaik dengan pakean desa elegan gaya pak lurah bersarung dan berkopyah hitam , sedang untuk wanita diberikan kepada ibu Mustabania biasa dipanggil Mami dari seksi ekstensifikasi dengan kebayanya yang elegan. Untuk selfie faforit diberikan kepada mas Wildan dari seksi penagihan dengan gaya selfi di kolam renang dan juga kepada mas Alex dari seksi waskon IV dengan gaya selfie pocongnya.

Mendung mulai menggantung, adzhan ashar telah berkumandang,   terlihat Kampung Jawi   kembali sunyi dalam belutan alam pedesaan, pepohonan sekali-kali menari tertiup desiran angin sore. Semua  telah kembali ke Surabaya. Persaudaraan, kekeluargaan, keceriaan telah dipupuk,  berharap esok  semangat baru dalam waktu 7 bulan tersisa   target penerimaan yang diemban sebesar Rp. 1,3 T dapat dicapai  menopang target nasional  DJP sebesar Rp.1.360 T.

Karena kami yakin kami bisa , karena kami yakin DJP bisa.

by must itjand

Komentar

Postingan Populer