BERSILA BERALASKAN BANTAL
Pagi jam 08.00 WIB tanggal 21
April 2015 di lantai mezanine gedung Juanda I Kementerian Keuangan (Kemenkeu), ramai riuh terdengar sapa dan tawa para peserta
duta transformasi kelembagaan dari berbagai unit eselon I. Ada peserta dari
Ditjen Bea Cukai, Ditjen Pajak, Ditjen
Anggaran, Sekretariat Jenderal dan banyak lagi perwakilan dari unit
eselon I termasuk dari BPLK, peserta yang hadir tidak hanya dari Jakarta dan sekitarnya namun juga
dari Aceh, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua, penulis sendiri adalah peserta dari
Ditjen Pajak Kantor Wilayah Jawa Timur I.
Aula mezanine terasa
sempit setelah 156 peserta memasuki ruangan, dengan pakean bebas rapi peserta
duduk lesehan, masih terdengar canda dan juga ada tawa, ada juga yang
memain-mainkan bantal alas duduknya. Saat itu tidak seperti biasanya toolkit
workshop disediakan bantal untuk alas duduk, sepertinya panitia sengaja
mengemas sebuah workshop serius namun
santai, juga terlihat di setiap sudut ruangan terdapat kudapan sederhana, ada
gorengan, ada juga jajanan pasar , dan terlihat pula cangkir cangkir untuk
minum teh atau kopi tertata rapi.
Tahun 2013 Kemenkeu telah
menyusun cetak biru transformasi kelembagaan Kementerian Keuangan tahun 2014-2025.
Sebelum penyusunan cetak biru di awali dengan fase diagnosis yang disimpulkan bahwa
Kementerian Keuangan perlu melakukan pergeseran
prioritas yang harus dijalankan antara lain budaya akuntabilitas perlu lebih
diorientasikan pada outcame; memberikan apresiasi, pengembangan serta
pemberdayaan pegawai; membenahi struktur organisasi agar lebih efektif dan
selaraf dengan tujuan; proses bisnis yang sudah baik, dibuat lebih, sederhana ,
ramping dan efeisen; dan yang terakhir adalah mendorong reformasi dan terobosan
dalam skala besar dan nasional. Masih menurut Bpk Susiwijono beliau adalah
Staff Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi dan Teknologi
Informasi (OBTI) dalam sambutan pembukaannya bahwa transformasi bertujuan agar Kemenkeu
dapat menyesuaikan model ideal berkelas dunia, dan merupakan tindaklanjut dari
program reformasi birokrasi yang telah dirintis sejak tahun 2002. Semua ini
untuk mengikuti perkembangan globalisasi dan digitalisasi , sehingga
Kementerian Keuangan terus melakukan transformasi untuk dapat mengantisipasi perubahan yang
terjadi.
Saat penulis bersila
beralaskan bantal, ada sebuah pertanyaan menggelitik “apakah bisa?”. Bukan rahasia umum bahwa
tantangan terbesar perubahan birokrasi adalah adanya pihak yang tidak berkeinginan berubah (status quo), problem massif lainnya adalah arogansi kekuasaan,
nepotisme dan sistem yang tidak berjalan konsisten. Lambat laun pertanyaan itu
terkikis saat Rene Suhardono sorang penulis dan dikenal sebagai career coach. Salah satu karya tulisannya adalah “your job is not your career” dan beliau juga berpartisipasi dalam
“Indonesia Mengajar”. Pencerahan Bpk. Rene Suhardono pada peserta yang duduk lesehan
santai bersila diatas bantal mengalir dengan serius namun santai, diselingi
kelakar dan celetukan peserta membuat suasana tetap ceria tanpa dihinggapi rasa bosan.
Rene Suhardono menyampaikan bahwa dalam prinsip-prinsip tentang perubahan pertama adalah “You are what you believe”. Tidak hanya sekedar yakin tetapi lakukan perubahan, layaknya
sebuah biji tanaman yakin akan tumbuh tetapi
tak akan terjadi kalau tidak disemai, dan melibatkan “Passion” dimana passion bukanlah sesuatu
yang kuasai, namun yang kita cintai. Dan passion sesungguhnya terdapat di dalam
diri kita sendiri.
Yang kedua adalah “Small
change massive impact” yaitu carilah perubahan
kecil yang bisa memberikan impact yang
besar, dan ketiga adalah “ Emotions
not information” intinya bahwa perubahan dapat
dirasakan bukan sekedar diinformasikan. Prinsip perubahan lainnya adalah “Culture matter’’ dimana factor budaya dapat mempengaruhi cara
pandang akan perubahan. Selanjutnya “ Everybody
is part of organization” yaitu semua harus
dilibatkan dalam perubahan termasuk terbukanya jalur komunikasi atasan bawahan
dalam sebuah struktur organisasi. Dan yang terakhir “Situation matters “
pada dasarnya dalam mengurai masalah lebih memahami situasi dari pada saling
menyalahkan.
Diakhir sesi Rene
Suhardono meninggalkan pekerjaan rumah untuk para duta transformasi dalam
bertugas, yaitu : (1) mengalahkan
gengsi, menghapus sungkan dan jangan pamrih (2) mulailah berubah dari manapun
dan (3) embrace digital life style,
promote pad in the back
Acara semakin menarik
saat penjelasan singat kenapa mesti bertransformasi,
bagaimana pengelolaan jangka pendek, menengah-panjang dan apa yang diharapkan
dari para duta transformasi. Selain itu juga dijelaskan secara singkat antara
lain transformasi Ditjen Pajak mengarah pada pergeseran mendasar dari model
operasional Ditjen Pajak saat ini dengan tantangan kedepan Ditjen Pajak adalah tax ratio 19% tahun 2019, 25 juta e-filer
untuk semua jenis pajak dengan akses single on pada tahun 2019 dan 100% Wajib
Pajak terdaftar memiliki NPWP yang terhubung dengan e-KTP (60 juta WP pada
tahun 2019).
Tantangan kedepan Ditjen Bea Cukai adalah focus menuju
pemberian kemudahan perdagangan dan perlindungan industry domestic, sekaligus
melanjutkan pencapean dalam pengumpulan penerimaan. Sedangkan tema central (Sitjen, BPPK,Itjen) adalah penggerak utama
penyempurnaan berkelanjutan, membangun pemimpin sector public dan layanan SDM
berkelas dunia, system IT terpadu dan proses layanan korporat yang efisien. Pada
Ditjen Anggaran perubahan yang diharapkan adalah antara lain focus kepada
kinerja dan analisis anggaran, merampingkan proses/birokrasi anggaran dan
memperkuat kapabilitas penganggaran. Inisiatif transformasi kelembagaan
perbendaharaan ada 7 point antara lain pengelolaan likuiditas, pengelolaan
resiko, dan pengelolaan kekayaan negara
Waktu mendekati pukul 11
siang, saat memasuki sesi diskusi, dengan jumlah peserta kurang lebih 156 dari berbagai unit eselon I
dan dari berbagai wilayah , sedangkan waktu yang tersedia relative sangat singkat, metode world café menjadi pilihan tepat panitia. Dimana diskusi
berjalan mengalir layaknya obrolan santai di sebuah café. Ada 5 topik yang
dibahas masing masing kelompok yaitu kepemimpinan, pengelolaan SDM, teknologi
informasi, Struktur organisasi dan SDM.
Duduk di atas bantal
tidak membuat bosan, apalagi saat sesi sharing pengalaman pelaku perubahan Bpk. Steve
Kosasih salah satu dari TOP 5 Indonesia
Best CFO selama 3 tahun 2010,
2011 dan 2012 oleh majalah SWA dan pengalaman
professional beliau dari berbagai perusahaan swasta terkemuka seperti
P&G, City Bank dan ASTRA Group. Yang
menarik adalah saat beliau sebagai professional di PT Bahana (Persero) dan CFO
dan Direktur Perum Perhutani (2008-2012) dan saat ini sebagai CEO PT.
Transportasi Jakarta. Ada kisah menarik saat beliau ditawari untuk menjadi
professional di Perusahaan plat merah, saat itu beliau cuma ditanya “kapan mau
berkarya untuk merah putih ?”, saat itu hatinya bergetar dan tanpa memperhatikan
salaray/fasilitas yang tentunya jauh
lebih kecil dibanding saat di swasta , beliau menerima tawaran tersebut. Semua
peserta masih dengan kidmad menyimak Curriculum
Vitae yang dibacakan pembawa acara, dengan suara lirih beliau bilang
“bersyukurlah kalian yang mempunyai kesempatan berkarya untuk merah putih,
berilah yang terbaik “ dan tepuk tangan
bergema menyemangati kita sebagai abdi negara yang berkempatan untuk terus
memberi yang terbaik buat bangsa dan negara, buat sang merah putih.
Sharing pengalaman beliau
saat bagaimana menghadapi dukungan, tantangan dan hambatan baik internal maupun
eksternal dalam melakukan perubahan di Perum Perhutani yang telah berumur lebih dari 200 tahun tentu
juga tidak lepas pula dengan warisan budaya organisasinya, dan pengalaman bagaimana merubah kebiasaan penumpang
transjakarta untuk pembelian tiket dari tunai menjadi non tunai (e-tiket). Banyak hal yang
menarik dari sharing pengalaman dan paparan beliau tentang perubahan. Bila
direnungkan dapat dirangkum bahwa semua orang takut perubahan jadi kita harus
bisa meyakinkan bahwa perubahan dilakukan berdasarkan fakta dan data, yang
kedua adalah passion purpose performance dimana untuk
berkinerja kita harus punya gairah, semangat dan memiliki tujuan/visi yang
jelas, serta yang ke tiga adalah orang tidak akan peduli seberapa banyak kita
tahu, sampai mereka tahu bahwa kita peduli.
Saat sesi Tanya jawab,
ada salah seorang peserta bertanya “Bagaimana pengalaman Bpk. Steve atas
pelayanan pajak dan bagaimana harapannya kedepan ?”, Beliau terdiam sejenak,
tersenyum lalu menjawab “Lompatan-lompatan yang dilakukan Ditjen Pajak sangat
luar biasa, contohnya e-spt dan efiling sangat mempermudah melaporkan pajak ,
dahulu melapor pajak itu seperti momok yang menakutkan” , dan beliau
melanjutkan bahwa harapan kedepan, pemerintah harus berani melakukan
lompatan-lompatan untuk lebih baik namun juga harus diiringi sosialisasi dan advokasi
kepada masyarakat.
Waktu terus bergulir, dan
tibalah sesi penutupan, peserta berbegas mengemas bantal dan berbanjar rapi
dalam 2 barisan melingkar membentuk huruf U, bendera merah putih diletakkan
tepat ditengah, dengan tegap kami menyanyikan lagu padamu negeri dan peserta
berjalan melangkah satu persatu mencium
sang merah putih dengan membulatkan niat, tekad mengemban tugas sebagai duta
transformasi kelembagaan dan role model perubahan.
Setelah bersila beralas bantal, saatnya
berdiri melangkah bersama untuk sukses Transformasi Kelembagaan Kementerian
Keuangan, seperti kata penutupan oleh Bpk. Susiwijono bahwa transformasi,
sebagai the next phase of reform
adalah suatu perubahan yang pasti akan menimbulkan resistensi bagi sejumlah
orang, perlu dilakukan penyadaran bersama bahwa transformasi akan membawa Kementerian
Keuangan kearah yang lebih baik.
by must itjand
Komentar
Posting Komentar