Salam Satu Jiwa



Siapa yang tidak mengenal  kota Malang Jawa Timur, sebuah kota  yang terletak di kawasan Gunung Arjuno, Gunung Panderman, Gunung Semeru dan Gunung Bromo. Kota yang sejuk dan nyaman untuk berlibur, namun dalam kesejukan kota Malang juga dikenal dengan sepak bolanya. Persema Malang di tahun 1992/1993 juara kompetisi sepak bola  Galatama, dan ada juga Arema Indonesia,  setelah penantian 17 tahun Arema Indonesia menjuarai ISL tahun 2009/2010.  Bukan tentang club sepak bola yang akhirnya terpecah karena adanya 2 kompetisi  ISL dan IPL atau tiada kompetisi  sejak PSSI tidak diakui Pemerintah.  Tetapi keterpaduan club sepak bola ,  suporter dan  masyarakat di  Malang maupun  masyarakat Malang yang merantau sangat kental dengan sebutan Aremania dan slogannya “Salam Satu Jiwa”.  Begitu solidnya Aremania mendukung Tim kebanggan kota Malang,  suporter Aremania pernah mendapat penghargaan bergensi   The Best Suporter pada Ligina VI tahun 2000 dan The Best Suporter pada Copa Indonesia II tahun 2006. Terakhir begitu semangatnya Aremania dalam mengantar club sepak bola di kompetesi Piala Jend. Sudirman tahun 2015, walau terhenti sampai semi final, semangat juang dan dukungan dipertontonkan tanpa mengenal lelah, lagu “Salam Satu Jiwa” tak pernah berhenti terdengar. Sebuah lagu yang jamak di nyanyikan seporter sepak bola juga dipertontokan oleh Aremania.

reff  “Salam Satu Jiwa”

“ Kami Arema SALAM SATU JIWA

di Indonesia kan selalu ada…

selalu bersama untuk kemenangan

kami AREMA……!!! “

Entah kebetulan karena dari kota Malang atau filosofi Salam Satu jiwa  Pelaksana  Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pajak Ken Dwijugiasteadi dengan sigap dan cepat menggelorakan “Salam Satu Jiwa” di penghujungan tahun 2015 tepatnya Desember 2015 setelah Bpk . Sigit Priadi Pramudito mengundurkan diri sebagai Dirjen Pajak  bentuk pertanggung jawaban tidak tercapainya target penerimaan pajak yang saat itu baru mencapai Rp. 865 Triliun atau 66,8%. Sebuah fenomena langka pejabat di republik ini yang secara kesatria bertanggung jawab atas jabatan yang diembannya. 

“Salam Satu Jiwa” terus digelorakan memompa semangat seluruh jajaran Ditjen Pajak memenuhi target yang diemban dalam himpitan pesimis para pengamat, dan psikologis pegawai belum relanya salah satu putra terbaik Ditjen Pajak mengundurkan diri secara kesatria. Dalam waktu relatif singkat dalam himpitan rasa pesemis masyarakat akan capean penerimaan pajak sulit menembus 80% apalagi mencapai 100%, ternyata  gelora  semangat “Salam Satu Jiwa” membubuhkan prestasi capean penerimaan  merangkak cepat di bulan Desember. Penerimaan pajak melampauti ambang psikologis  tercapai 81,5% atau +  Rp. 1.055 trilliun.

Tak kalah menariknya adalah capean di penghujung tahun, tepatnya tanggal 25 Desember 2015 pertama kali dalam sejarah  penerimaan pajak  tembus + Rp. 1000 Triliun atau telah melebihi penerimaan pajak tahun 2014, pertumbuhan cukup fantastis di bulan Desember mencapai 45,5% bila dibanding bulan yang sama tahun lalu, dan pada 4 hari terakhir penerimaan pajak adalah 64,7 Triliun sebuah capean yang luar biasa bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal penting lainnya adalah devisit anggaran terjaga dibawah 3% sehingga Pemerintah tidak melanggar UU Keuangan Negara No. 17 tahun 2013 yang membatasi defisit anggaran maksimal 3% dari PDB. Capean jajaran Direktorat Jenderal Pajak ditengah pelambatan ekonomi mendapat apresiasi baik dari Pemerintah maupun masyarakat,  dikutip dari Metrones.com (4/1/2016) “Capean tahun 2015 dalam kondisi perlambatan ekonomi dan keterbatasan kapasitas Ditjen Pajak, Ditjen Pajak berhasil dapat mencapai penerimaan yang cukup tinggi dan capeannya lebih bagus dari tahun lalu”.  Tidak sia-sia upaya jajaran Ditjen Pajak termasuk pula rela menambah jam kerjanya yang seyogyanya pukul 07.30-17.00 menjadi 07.30-19.00 demi tercapainya target penerimaan.  

“Salam Satu Jiwa di Indonesia kan selalu ada selalu bersama untuk  kemenangan”, walau ini asumsi penulis semata bahwa  “Salam Satu Jiwa”  jajaran Ditjen Pajak selalu ada  diseluruh Indonesia, baik di ujung barat ada Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan Sabang  sampai di  di ujung Timur Indonesia  ada Kantor Pajak Pratama Merauke. Dan Jajaran Ditjen Pajak selalu bersama untuk meraih kemenangan mewujudkan kemandirian bangsa.  Maka tak salah bila “Salam Satu Jiwa” saat ini marak dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Banyak dijumpai pegawai pajak di medsos menggelorakan “Salam Satu Jiwa”, begitu pula dalam event-event Direktorat Jenderal Pajak.

Gelora “Salam Satu Jiwa” di jajaran Ditjen Pajak saat ini masih relefan dengan tangtangan yang dihadapi tahun 2016, ibarat pertandingan sepak bola, kompetisi baru dimulai, tantangan lebih berat dibanding tahun 2015, kita tahu APBN 2016 menetapkan penerimaan pajak sebesar Rp 1.368 triliun dengan indikasi bila ekonomi tumbuh 5.3%. Melihat angka tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution sempat menyatakan angka-angka tersebut terlalu ambisius. Menurutnya, penerimaan pajak belum bisa diharapkan meningkatkan penerimaan negara tahun ini. “Angka tersebut terlalu optimistis,” ujarnya. (katadata.co.id/berita/2016/01/11), begitu pula menurut beberapa pengamat bahwa target tersebut terlalu besar sebagaimana dikutip dari CNN Indonesia Direktur Center Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo menyebut target realistis dengan mempertimbangkan kondisi makro perekonomian tahun depan hanya sebesar Rp 1.280 triliun. Juga mengutip KONTAN Pengamat Pajak dari Danny Darussalam Tax Center, Darussalam, memproyeksikan penerimaan pajak pada 2016 hanya akan Rp 1091,81 triliun. Angka itu merupakan proyeksi pesimistis tanpa memasukkan potensi penerimaan pajak Rp 60 triliun dari tax amnesty. Adapun penilaian optimistis, penerimaan pajak 2016 diperkirakan Rp 1.141 triliun atau berkisar 80,29% hingga 83,89% dari target 2016.

Dengan melihat capean penerimaan tahun 2015 sebesar Rp. 1055 Triliun berarti di tahun 2016 Ditjen Pajak harus bisa menumbuhkan penerimaan pajak sebesar + 29%, berkaca pertumbuhan penerimaan pajak (www.fiskal.kemenkeu.go.id)  pertumbuhan penerimaan perpajakan rata-rata mencapai 15,3%, sedangkan pertumbuhan alamiahnya  rata-rata mencapai 12,17%. Maka Dengan target sebesar  Rp 1.368 Triliun atau  harus mencapai pertumbuhan minimal + 29% dari penerimaan tahun 2015 , merupakan tantangan tersendiri  bagi jajaran Ditjen Pajak. Sementara disisi lain tantangan tahun 2016 mengutip WE Online - Bank Indonesia (BI) memprediksikan sektor penerimaan perpajakan akan menjadi tantangan ekonomi domestik di tahun 2016, selain dipengaruhi tren perlambatan ekonomi global.

Apapun yang terjadi, target tersebut  adalah kepercayaan negara yang diamanahkan kepada seluruh jajaran  Ditjen Pajak untuk mencapainya. Maka Ditjen Pajak harus lebih bekerja keras dalam mengemban amanah dalam bayangan tren perlambatan ekonomi global dan alotnya pembahasan regulasi pajak termasuk RUU Pengampunan Pajak dan akses data perbankan. 

Dengan “Salam Satu Jiwa” diharapkan terus memompa semangat juang pantang menyerah jajaran Ditjen Pajak, pertanyaannya adalah bagaimana  menjaga nyala itu ? tentunya asupan bahan bakarnya adalah etos kerja yang selalu beriringan dengan terpenuhinya  keinginan pegawai termasuk renumerasi, infrastruktur pendukung, kepemimpinan, kolegialitas dll. Perbaikan renumerasi merupakan salah satu resep yang paling mujarab meningkatkan kinerja pegawai, bisa dikatakan salah satu opsi ini telah diambil oleh pemerintah  walau ada catatan bahwa renumerasi yang diberikan kepada Direktorat Jenderal Pajak bisa menurun sesuai capean realisasi penerimaan pajak. Sementara kita semua tahu capean pajak sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal baik dalam skala nasional maupun global. Disisi lain kinerja Ditjen Pajak tidak semata hanya dari mengamankan penerimaan pajak, namun  juga pelayanan perpajakan seperti pelayanan pemberian/penghapusan NPWP, pengukuhan/pencabutan PKP, Restitusi, pengawasan dan konsultasi, law enforcement, sosialisasi  dll.

Dalam lingkup internal telah bergaung “Salam Satu Jiwa” menggiring pewagai menjadi sebuah team solid mengamankan target penerimaan dengan segala keterbatasan. Namun tidak bisa dipungkiri pengaruh eksternal sangatlah dominan, ibarat team sepak bola akan sulit berlaga di sebuah kompetisi tanpa ada dukungan pihak lain seperti pemerintah dengan dibangunnya insfrastruktur, peran sponsor , suporter dan para stakeholder. Begitu pula Direktorat Jenderal Pajak sangatlah diperlukan dukungan masyarakat luas, semua stakeholder, dukungan para penegak hukum, asosiasi profesi, pihak perbankan dll. Tidak ada kriminalisasi dalam pelaksanaan tugas, mudahnya mendapatkan data yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi wajib pajak, insfrastruktur yang memadai dan terbangunnya dimensi ekonomi yang berkeadilan menumbuhkan  kepercayaan masyarakat. 

Akan indah iramanya saat petugas pajak meneriakkan slogan Arema “Salam Satu Jiwa” , semua pihak menyambutnya dengan slogan Liverpoldian “You'll Never Walk Alone” menuju kemandirian bangsa tahun 2019 dengan tax ratio 16%.

by must itjand

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer